Wednesday, January 18, 2012

Cara Memulai Sebuah Bisnis

Hidup adalah pelajaran, kata orang bijak. Untuk menjadi yang terbaik kita selalu harus terus belajar. Ada orang yang langsung terjun ke lapangan dan menemukan beberapa kegagalan dan kesuksesannya sebagai bahan pelajaran. Ada orang yang belajar terlebih dahulu kemudian baru melakukan usaha.
Terjun Dulu Belajar Kemudian
Kalau Anda pernah membaca biografi saya yang berbisnis, berhenti berbisnis lagi dan berhenti lagi yang pada ahirnya terus berbisnis merupakan tahapan pembelajaran yang panjang. Kenapa? Karena saya bukanlah orang ekonomi, bukan pula orang marketing tapi saya adalah orang teknik. Apa hubungannya dengan orang teknik sama Ekonomi? Paling tidak kalau pernah menekuni bidang ekonomi dan marketing sedikit banyak mengerti cara marketing yang efektif.
Tapi apa yang terjadi? Memang secara komunikasi saya lancar. Dengan keyakinan dan semangat ditambah komunikasi yang lancar, saya sudah berani terjun ke bisnis. Memang saya bisa melakukan, tapi hasilnya kurang efektif. Apakah apa yang saya lakukan benar atau tidak, saya tidak bisa mengukur dari kaca mata keilmuan. Yang saya tahu adalah bahwa omzet dan keuntungan meningkat, berarti indikasi marketing saya sudah benar.
Memang tidak semua cara yang saya lakukan tidak efektif. Sambil berjalan saya pun belajar cara berjualan beras kepada penjual beras keliling di Malang yang bernama Koh Ayen. Saya juga mempelajari buku-bukku marketing. Tapi tidak semua jurus ampuh aku dapatkan. Ditambah kurangnya modal sebagai kendala Utama.
Munculnya kendala-kendala di lapangan biasanya tidak terduga. Tapi datangnya kesempatan, peluang bisnis dan keuntungan yang mendadak juga sering tiba-tiba. Jadi kesempatan dan kendala ini sering ditemui di lapangan. Ketika kita sudah biasa, maka kita makin mahir menghadapinya. Maka lama-kelamaan kita pun bisa menjadi pintar atau biasa disebut ‘smart street’ (pintar di jalanan).
Belajar dulu dan takut bisnis
Banyak kan contoh orang yang sudah menguasai marketing tapi tidak berani terjun ke dunia bisnis. Secara keimuan bisa jadi dia sudah menguasainya. Dia pun sudah memiliki mimpi untuk menjadi pengusaha sukses, sudah belajar cara efektif marketing, sudah pula belajar kepada guru-guru bisnis terbaik di bidangnya, tapi? Dia belum berani melakukan, belum take action dalam bisnis. Sehingga ilmunya hanya menjadi teori belaka. Ini yang ironi. Dia tergolong kategori ’smart school’, pintar karena sekolah.
Belajar dulu dan melakukan bisnis
Okey, kalau kedua cara diatas dianggap belum efektif, cobalah mempelajari dulu Anda mau bisnis apa?
Setelah tahu ide bisnisnya, cobalah inventarisir pebisnis di bidang serupa dan bergurulah kepadanya. Jika guru tersebut mau berbagi ilmu, maka kita tinggal menerapkannya. Bila tidak mau, ya cari tahu untuk mendapatkan gambaran proses bisnis dan kunci kesuksesannya.
Bila referensi Anda kurang lengkap, Anda juga bisa berguru kepada pebisnis di bidang serupa (tapi tidak sama) untuk diambil sari terbaiknya dan mencoba diterapkan kepada bisnis kita.
Namun, terkadang kalau kita kebanyakan ilmu kita malah tahu adanya ’kengerian’ bisnis, sehingga semakin kita tahu membuat kita semakin takut memulai bidang bisnis tersebut.
Belajar Efektif:
  1. Berguru kepada orang yang terbaik dan tepat
  2. Mengetahui global bisnis tersebut
  3. Mengetahui peluang dan ancaman secara lebih detail
  4. Mengetahui strategi memperoleh peluang yang besar, dan bayangkan ANDA AKAN MENDAPATKANNYA
  5. Mengetahui strategi mengurangi ancaman kerugian. Jangan bayangkan kerugian tapi bayangkan kenikmatannya, sehingga kondisi apapun kita masih tetap semangat
  6. Melakukan step awal dalam bisnis.
  7. Bila menjumpai masalah, hadapi dan bertanyalah kepada guru terbaik di bidangnya.
  8. Melakukan step berikutnya, evaluasi, belajar, melakukan lagi dan terus berputar.
Dari sini akan muncul proses belajar, praktek, belajar, praktek yang terus menerus.
Terus belajar untuk mengikuti perubahan
Masalah dalam bisnis tentu terus ada. Kalau tidak ada masalah, maka ciptakan masalah agar omzet terus membaik. Maksudnya, ‘tidak masalah’ berarti penjualan sudah memenuhi target. Sehingga kalau omzet itu mentok, sebenarnya itulah masalahnya. Sehingga ciptakan target yang lebih tinggi lagi dan bagaimana mencapainya. Maka kita pasti akan terus belajar.
Tempat & waktu berbeda menciptakan situiasi yang berbeda. Perubahan terus terjadi. Persaingan terus meningkat. Maka kewajiban kita untuk terus belajar dan mengikuti perubahan. Kalau kita tidak mau belajar dan berubah, maka zaman yang akan menggilas kita.
Penutup
Untuk menghindari kesalahan yang fatal, minimal Anda harus tahu konsep bisnis yang akan Anda geluti. Untuk mengetahui konsep tersebut, Anda bisa belajar kepada pengusaha terbaik di bidangnya atau minimal melakukan observasi. Minimal targetnya adalah Anda mengerti cara memulainya.
Setelah tahu lebih bisnis tersebut, maka memulai bisnis adalah langkah kedua terbaik.
Di langkah kedua ini tentu akan muncul masalah lagi, maka diskusikan dengan guru terbaik lagi.
Begitu seterusnya, sehingga kita belajar dan take action kemudian evaluasi dan belajar lagi. Begitu tersus menerus.
Dengan belajar yang terus menerus dan memperbaiki yang belum baik, maka dijamin kita tidak akan tergilas oleh perubahan, karena kita juga terus berubah.
Improvement Forever. Terus berubah untuk menjadi lebih baik.
*) Oleh: Masbukhin Pradhana
Penulis adalah mentor di Entrepreneur University, pemilik jaringan bisnis voucher Priema Persada dan masih menjadi karyawan IT. Bisa dihubungi lewat  bukhin@yahoo.com atau telepon 08121955772

*credit : http://cepiar.wordpress.com

No comments:

Post a Comment