Wednesday, February 20, 2013

Asal Mula Kota Pekalongan

Asal Mula KOTA PEKALONGAN





 VERSI 1 :
(mataram islam 1613-1645)

di kisahkan tentang negri mataram yang damai dan sejahtera pada masa kepemimpinan raja SULTAN AGUNG HANYONGKRO KUSUMO yang kekuasaanya mencakup seluruh pulau jawa, sumatra, bali dan pulau pulau lainnya.
Pada waktu itu bangsa belanda dan portugis telah masuk dan menginjakkan kaki di tanah jawa, karena belanda masuk pada tahun 1596. Yang tepatnya semenjak kerajaan demak belnada sudah ada di tanah jawa.

Babat tanah PEKALONGAN bermula dari kisah seorang pemuda yang bernama JOKO BAHU putra tunggal KI-AGENG CEMPALUK yang ingin mengabdikan diri di kerajaan mataram. Dia "joko bahu" berasal dari sebuah desa kecil yang bernama kesesi atau asal dari kata "kasisian" yang artinya pengasingan. Karena Ki ageng cempaluk adalah punggawa mataram yang karena kesalahan apa lalu dia diasingkan dan membangun padepokan didesa tersebut. Yang letaknya antara lain di hulu kali comal. Konon kesaktian ki cempaluk ini sudah terdengar lama dan menjadi buah bibir di kraton mataram. Maka tanpa banyak pertimbangan sultan agung menerima bakti joko bahu

Namun sudah menjadi sarat mutlak, setiap prajurit yang hendak mengabdi kepada negara harus melalui tiga tahap pendadaran atau uji kesetiaan pada negara terlebih dahulu. Termasuk kemampuan mengatasi masalah dan olah keprajuritannya.
Maka pendadaran tahap pertama yang diberikan sultan adalah: membendung kali sambong, karena setiap musim kemarau selalu saja sawah-sawah rakyat disepanjang aliran sungai itu selalu kekeringan. dan dengan membendung kali sambong di KABUPATEN BATANG diharapkan air dapat naik dan mengairi sawah-sawah disekitar tempat itu sehingga hasil panen akan meningkat. Dan itu adalah salah satu kebijakan raja mataram untuk meningkatkan kemakmuran negrinya di bidang pertanian.
Sedang Kali sambong sendiri terkenal angker, dan sudah beberapa kali di lakukan pembendungan namun selalu gagal dan gagal.

Berangkatlah joko bahu untuk membendung kali sambong, dengan perbolehkan membawa beberapa orang prajurit. Al-kisah setelah pembendungan dimulai sedikit demi sedikit. Ditengah berlangsungnya proyek pembendungan terjadilah keanehan-keanehan yaitu: setiap pagi ketika para prajurit hendak melanjutkan pekerjaannya mereka yang belum selesai itu, ia selalu mendapati tanggul yang mereka kerjakan kemarin telah rontok dan bubar kembali. Kejadian itu terus berulang-ulang sampai tiga hari berturut-turut. Tentu saja hal itu membuat joko bahu menjadi bingung bukan kepalang. Al-kisah joko bahu melakukan tapa brata dan bertemu dengan siluman yang menunggui kali itu, siluman itu konon adalah welut putih.terjadi tawar-menawar kepentingan antara kedua belah pihak namun tak ada mendapat kata sepakat alias buntu, maka terjadilah perkelahian sengit antara dua belah pihak konon akhirnya di menangkan joko bahu.

Keberhasilan joko bahu menjalankan tugasnya ini di sambut gembira oleh sultan agung. Lalu datanglah pendadaran tahap kedua yakni membuka lahan baru di tepi pantai utara sebelah kabupaten batang, yakni alas GAMBIRAN atau sekarang gambaran, Waktu itu alas gambiran adalah alas yang sering dihindari oleh para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh karena keadaannya yang angker dan tak tersentuh. dulu para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh lebih memilih lewat daerah sebelah selatan yang lebih aman.

Karena konon setiap orang yang masuk kehutan gambiran pasti dia hanya akan berputar-putar didalamnya dan tak pernah bisa kembali keluar lagi dengan selamat, begitupun yang di alami para prajuritnya joko bahu yang di suruh memasuki hutan itu dan mereka tak kembali lagi. Mereka hanya berputar-putar tak tentu.
Kemudian al-kisah joko bahu melakukan tapa brata yaitu tapa ngidang atau meniru sifat kidang. akan tetapi joko bahu tetap tak mampu untuk mengalahkan raja siluman penunggu hutan itu. maka dengan sigap joko bahu segera pulang ke padepokan kesesi untuk mengadukan hal tersebut pada ki ageng cempaluk dan atas saran ki ageng cempaluk, joko bahu di sarankan untuk melakukan "tapa ngalong" tapa brata yang menirukan posisi kalong, yaitu dengan tidur kaki dengan menggantung di pohon tiap siang selama 40 hari "kemudian tempat dimana joko bahu melakukan tapa ngalong itu kini disebut PEKALONGAN" ( Kata-kata "pe" yang menandakan sebuah tempat kalong adalah dimana joko bahu melakukan tapa kalong)
setelah empat puluh hari berlalu, seselesailah tapa-ngalongnya, singkat cerita joko bahu dapat mengalahkan raja siluman itu dan bisa melanjutkan menebang kayu-kayu disitu tanpa ada satu hambatanpun sampai selesai dan dapat pulang ke mataram dengan membawa hasii.

Tentu saja kabar baik ini membuat hati sultan agung gembira. dan konon setelah joko-bahu sowan ke mataram, dan sultan agung langsung menganugrahkan gelar adipati dengan julukan KI-BAHU REKSO dan sekaligus menetapkan di daerah kendal. mulailah sejak saat itu dia menjabat adi pati kendal.

akan tetapi cerita tak berakhir sampai di situ karena masih ada tugas yang terbengkalai, yaitu pendadaran tahap ke tiga. Maka belumlah sempurna bahu rekso menjadi adi pati kalau belum menjalankan tugas ketiga yaitu ia di tugaskan untuk melamarkan seorang putri cantik dari kali salak yang konon bernama nyi rantang sari.
betapa untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, nyi rantang sari yang hendak dipersembahkan sultan agung justru jatuh cinta pada bahu rekso dan tak mau dibawa untuk di persembahkan ke mataram.
Maka timbulah inisiatif dari bahu rekso Untuk mengganti dengan seorang putri yang tak kalah cantiknya yaitu endang kalibeluk, seorang putri anak penjual srabi di desa KALI BELUK (sampai sekarang penjual srabi itu masih karena diturunkan secara turun temurun)
akan tetapi sungguh sial, setelah disandingkan dengan sultan agung endang kalibeluk tak kuasa menahan luapan kegembiraannya dan akhirnya dia mengaku kalau dirinya bukan rantang sari yang dimaksud sultan agung. Hal ini tentu membuat sultan marah besar. Dia merasa telah di tipu oleh bahu rekso.
Akan tetapi keputusan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada bahu rekso, dapat di cegah oleh patih SINGARANU dan dia menyarankan agar sultan mengganti saja tugas pendadaran ketigannya dengan tugas yang sangat berat agar bahu rekso terbunuh dengan sendirinya.

Maka sultan agung menugaskan bahu rekso tugas yang sangat berat yaitu menyerang belanda di JAYA KARTA "sekarang jakarta" maka singkat cerita berangkatlah bahu rekso menyiapkan armada perang menuju jayakarta. Dia memilih melewati jalur laut, atas saran ki cempaluk sebap jalan darat konon senjata pusaka apapun akan hilang tuah atau kesaktiannya jika melintasi kali ci-pamali brebes. Bahu rekso mempersiapkan tentaranya di sebuah desa yang bernama KETANDAN namun nama desa itu sekarang lebih di kenal WIRADESA "wira" artinya prajurit , "desa" itu kampung jadi wira-desa adalah perkampungan prajurit dari situlah bahu rekso bertolak ke jayakarta.
Di jayakarta konon pasukannya dikumpulkan di sebuah daerah yang sekarang bernama MATRAMAN yang artinya mataram-man dan membendung sungai ciliwung hingga jendral RAVELES meninggal terserang malaria. Akan tetapi belanda tak kehabisan akal mereka membakar lumbung-lumbung makanan tentara mataram sehingga mereka kehabisan perbekalan dan bahu rekso menderita kekalahan.

dan Kekalahan itu membuat bahu rekso tak berani pulang ke kadipaten kendal dia memilih mendirikan kraton kekadipatenan yang letaknya di sebelah selatan wiradesa tepatnya yang sekarang bernama desa kadipaten (yang artinya di situ pernah akan di jadikan kadipaten) namun kabar tersebut terendus oleh raja mataram dan akhirnya mataram mengutus seorang pendekar dari CHINA yang bernama TAN JIN KWEN yang kemudian diangkat dan di tetapkan sebagai adipati pekalongan yang pertama setelah berhasil menyingkirkan bahu rekso.

 

VERSI 2: 

Asal usul nama Kota Pekalongan sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat setempat secara turun temurun terdapat beberapa versi. Salah satunya disebutkan adalah pada masa Raden Bahurekso sebagai tokoh panglima Kerajaan Mataram. Pada tahun 1628 beliau mendapat perintah dari Sultan Agung untuk menyerang VOC (Vereenigde Oost Indishe Compagnic / Perserikatan Maskapai Hindia Timur) di Batavia. Maka ia berjuang keras, bahkan diawali dengan bertapa seperti kalong / kelelawar (bahasa Jawa : topo ngalong) di hutan Gambiran (sekarang : kampung Gambaran letaknya disekitar jembatan Anim dan desa Sorogenen).
Dalam pertapaannya diceritakan bahwa Raden Bahurekso digoda dan diganggu Dewi Lanjar beserta para prajurit siluman yang merupakan pengikutnya. Namun semua godaan Dewi Lanjar beserta para pengikutnya dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahurekso. Kemudian Dewi Lanjar, yang merupakan utusan Ratu Roro Kidul memutuskan untuk tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahurekso untuk tinggal disekitar wilayah ini. Raden Bahurekso memenuhi permohonan ini bahkan Ratu Roro Kidul juga menyetujuinya. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah. Konon letak keraton Dewi Lanjar dipantai Pekalongan sebelah sungai Slamaran. Sejak saat itu, daerah tersebut terkenal dengan nama Pekalongan.

Dalam versi lain disebutkan bahwa nama Pekalongan berasal dari istilah setempat HALONG - ALONG yang artinya hasil yang berlimpah. Jadi Pekalongan disebut juga dengan nama PENGANGSALAN yang artinya pembawa keberuntungan. Nama Pengangsalan ini ternyata juga ada dalam babad Mataram (Sultan Agung) , yaitu :

"Gegaman wus kumpul dadi siji, samya dandan samya numpak palwa, gya ancal mring samudrane, lampahe lumintu, ing Tirboyo lawan semawis, ing Lepentangi, Kendal, Batang, Tegal, Sampun, Barebes lan Pengangsalan. Wong pesisir sadoyo tan ono kari, ing Carbon nggertata".

Artinya : "senjata-senjata telah berkumpul jadi satu. Setelah semuanya siap, para prajurit diberangkatkan berlayar. Pelayarannya tiada henti-hentinya melewati Tirbaya, Semarang, Kaliwungu, Kendal, Batang, Tegal, Brebes dan Pengangsalan. Semua orang pesisir tidak ada yang ketinggalan (mereka berangkat menyiapkan diri di Cirebon untuk berangkat ke Batavia guna menyerbu VOC Belanda)".

 

VERSI 3:

Konon, Pekalongan berdiri pada saat di desa Kesesi ada seorang terpandang dan sakti bernama Ki Ageng Cempaluk. Ia mempunyai putra bernama Raden Bahu. Pada waktu itu kerajaan Mataram amat jaya dan Ki Ageng Cempaluk menyuruh putranya untuk mengabdi kepada raja Mataram, yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Entah apa kesalahan yang diperbuat oleh Raden Bahu sehingga sang Raja menghukumnya dengan membuka hutan Gambiran. menurut cerita hutan itu amat lebat dan dihuni oleh mahluk jahat. Karena ini Raden Bahu bertapa menggelantung seperti kelelawar atau kalong. Maka tapa seperti itu disebut tapa ngalong. Setelah bertapa, Raden Bahu berhasil membuka hutan, dan menjadikan 'kota' yang ramai yang dikenal dengan nama kota Pekalongan.

Tetapi ada cerita lain, bahwa pekalongan itu berasal dari A Pek Along An. Yang artinya penangkapan ikan laut. Rupanya sejak abad 17, belanda masuk ke Pekalongan, Pekalongan begitu kaya akan ikan laut.

Pekalongan yang dalam sejumlah tulisan disebut berdiri pada jaman sultan Agung dari kerajaan Mataram, walaupun masih ada kemungkinan keberadaan Pekalongan sebagai sebuah wilayah hunian telah terjadi jauh sebelumnya.

Di wilayah ini, sejak abad 19 telah terjadi perkembangan desain batik yang paling dinamis. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas sosial yang terjadi di wilayah itu. Betapa tidak, bayangkan hampir seluruh corak ragam asing muncul dalam desain batik Pekalongan. batik dari wilayah ini sangat kosmopolitan. Corak ragam khas India, Turki, Persia, China dan Belanda terlihat mencolok dalam wilayah batik Pekalongan, bahkan
menjelang tahun 1940 di Pekalongan mucul batik dengan gaya Jepang, yang disebut batik
Java Hokokai.

Dalam buku Batik Fabled Cloth Of Java, disebutkan bahwa batik telah diperdagangkan di wilayah ini mulai tahun 1840, tetapi kemungkinan ini bisa lebih awal lagi. Hanya sejak saat itu, dapat disebutkan bahwa di wilayah ini telah berkembang perdagangan batik yang pesat. Kalangan pedagang keturunan, terutama keturunan Cina dan Arab yang banyak tinggal di wilayah pesisir terdorong untuk menjadikan batik sebagai komoditas dagang. Perkembangan yang dipicu oleh hilangnya kain asal di India dan munculnya pasar baru seiring dengan munculnya sejumlah kelas menengah baru di wilayah Indonesia sebagai akibat pemberlakuan kebijakan tanam paksa (cultivation system) oleh Belanda. Kalangan pedagang ini pada awalnya hanya memesan batik pada pengrajin batik yang saat itu banyak tersebar di desa-desa. Konon praktek pemesanan batik oleh kalangan keturunan asing kepada pengrajin yang ada di wilayah pedesaan ini telah berlangsung sejak sebelum VOC.

Meminjam kacamata Heringas dan Veldhuisen, batik pesisir terbagi menjadi delapan model :
1. Batik pesisir tradisional yang merah biru
2. Batik hasil pengembangan pengusaha keturunan, khususnya Cina dan indo Eropa
3. Batik yang dipengaruhi kuat oleh Belanda
4. Batik yang mencerminkan kekuasaan kolonial
5. Batik hasil modifikasi pengusaha Cina yang ditujukan untuk kebutuhan kalangan Cina
6. Kain panjang
7. Batik hasil pengembangan dari model batik merah biru
8. Kain adat

Sampai dengan hari ini Pekalongan dikenal sebagai kota penghasil batik dengan ciri-ciri motif flora, fauna, dan sebagian geometris, warna-warni, disain batik tidak terpaku dengan pakem, seperti pada batik Solo dan Jogjakarta. Pengaruh budaya Cina, Arab, indo eropa dan bagaimana penduduk pribumi menemukan cara baca baru terhadap osmose budaya itu menghasilkan ciri batik Pekalongan mutakhir.

Batik telah menjadi masa lalu, masa kini dan masa depan masyarakat Pekalongan.

No comments:

Post a Comment